Alhamdulillahi ladzi Arsala Rosuulahu
bil huda Wa diinil Haq liyudzhirohu ‘aladdiini kullih wakafa billahi syahida.
Tahun baru menjadi momen yang
tidak terpisahkan dari orang Indonesia kini. Orang tua hingga anak kecil
merayakan dengan begitu antusias dan gegap gempita. Pemerintah hingga rakyat
kecil ikut bersuka cita, bahkan rakyat kecil rela menyisihkan uang makannya
demi membeli trompet bagi anak2 mereka. Bukan, bukan itu yang menjadi permasalahan,
namun yang membuat hatiku tercabik adalah karena mereka adalah saudaraku,
saudara kita, umat muslim.
Saya juga masih awam sahabat,
saya juga belum faham agama, namun setidaknya kita sama sama memiliki hati yang
sama sama mampu membedakan mana yang baik dan benar, mampu menangis kala
melihat musibah, mampu marah ketika melihat kejahatan, dan mampu menerima kala
melihat kebenaran. Apabila dirimu menganggap tahun baru adalah sesuatu yang
benar? maka untuk mu wahai sahabat, simaklah sebentar apa yang akan aku utarakan, tentang sebuah kisah..
Jakarta utara, 31 Desember 2012..
Sore itu senja mulai nampak,
menerangi sudut-sudut kota, menghiasi jalanan menjadi merah, seperti cahaya
lilin yang menerangi kegelapan malam. Tampak seorang ibu, yang nampak letih,
pakaiannya lusuh, badannya kurus, dimatanya terlihat cahaya kepanikan, bahkan
hampir-hampir putus asa. Dia membawa karung dan stik besi, menyusuri kolong
tol, jembatan, jalanan, dan sungai, menghampiri setiap tong sampah, dan mata
nya tampak berbinar kala melihat plastik air mineral gelas, dimasukkanlah plastik
itu ke dalam karung yang dibawanya, kembali dia menelusuri tanpa lelah, walau
pun sangat terlihat dari raut wajahnya bahwa beliau sedang memikirkan masalah
berat.
Tak lama azan berkumandang,
segera sang ibu menuju masjid, sholat berjama’ah, setelahnya beliau tampak
khusyu’ berdoa hingga wajahnya basah. Selesai berdoa sang ibu bergegas
meninggalkan masjid, menuju sebuah tempat penjualan rongsokan, diletakkanlah
karung nya, kemudian diberikan kepada petugas untuk ditimbang, beliau berharap
akan mendapat rezeki yang lebih hari ini.
“berapa pak?”
“12000 bu”
Tampak seraut wajah kecewa, namun
tak lama ibu itu bergumam,
“Alhamdulillah”
Setelah uang didapat, beliau
tergopoh-gopong berjalan menuju sebuah rumah. Rumah yang letaknya di bawah
kolong tol, berdindingkan kardus, beratapkan kardus, berlantaikan terpal plastik
yang lusuh, di sudut ruangan rumah itu berbaring seorang anak kecil, dengan
alas kain, dan berselimutkan sarung, wajahnya pucat dan mulutnya menggigil. Tubuh
anak itu sangat kurus. Sang ibu langsung mengecek kondisi anaknya..
“Man.. gimana kondisi kamu nak? Masih
terasa sakit”
“iya bu, bahkan Rahman ndak kuat
berdiri, Rahman haus bu, Rahman Lapar, perut Rahman Sakit..”
“Astaghfirullah, sabar ya nak,
ibu belikan makanan dulu, tadi ibu lupa beli makan, saking ingin nya melihat
kondisimu, nih kamu minum dlu nak.. kamu banyak berdoa ya nak,, ingat Allah
satu satunya penolong kita”
“iya bu”
“ibu tinggal dulu ya nak”
Berbekal uang 12000 sang ibu
membeli makan dan beberapa tablet obat maag. Rahman adalah anaknya, masih berusia
8 tahun, mengidap sakit maag kronis, kerena keterbatasan biaya, ibunya tidak
memiliki uang untuk mengobatinya secara intensif. Akibatnya maag nya sering kambuh,
ditambah penghasilan ibunya yang pas pasan, tidak punya sanak saudara di Jakarta,
bapaknya kabur meninggalkan mereka. Akhirnya mereka hidup berdua dengan kondisi
memprihatinkan, untuk makan sehari haripun sulit.
12000 masih tersisa uang 2000,
sang ibu kembali ke rumah dengan membawa makanan dan obat. Terlihat Rahman
sudah sangat kesakitan, sang ibu langsung memberikannya obat, lima menit
kemudian menyuapinya makan. Setelah beberapa suap, Rahman muntah.. wajahnya
semakin pucat, perutnya terlihat agak membesar, mulutnya rapat..
“Ya Allah maan kamu kenapa?? “
Sang ibu memberikannya minum,
badan rahman sangat dingin. Ketika ibunya hendak menyuapi nya lagi, rahman
menolak, perutnya sudah terlalu sakit, rasanya sudah terlalu mual, kemudian
Rahman muntah muntah lagi. Sang ibu sangat panik..
“Bu rahman susah nafas bu, ini
nya sakit”
Rahman memegang dadanya,..
“Iyaa maan tenang yaa.. kamu
disini dlu ya.. ibu cari bantuan dlu, kamu harus ke dokter naak”
Sang ibu bergegas mencari
bantuan, sambil mata bercucuran air mata sang ibu berlari keluar mencari
bantuan. Jarak dari kolong tol ke pemukiman agak jauh, sang ibu harus barlari,
dan baru sekitar 5 menit ibu itu sampai ke pemukiman, dia mendatangi
rumah-rumah tetangga yang dia kenal,
“Assalamu’alaykum.”
Tidak ada yang menjawab, jalanan
dan rumah rumah terlihat begitu sepi malam itu, tidak seperti biasanya, namun
di pos ronda terlihat bberapa anak muda yang sedang bakar-bakaran, seperti
sedang berpesta. Tiga kali salam tidak ada yang menjawab. Sang ibu kebingungan
apa yang harus dia lakukan, uangnya tinggal 2000, tidak cukup untuk menyewa
ojek atau mobil angkot sampai kerumah sakit. Dia butuh pinjaman, namun tetangga
dekatnya sepertinya tidak di rumah. Sang ibu tidak pantang menyerah, pergilah
dia ke tetangga dekat lainnya yang jaraknya tak jauh dari situ, ternyata
rumahnya pun kosong, menurut orang yang berada disitu, mereka rata-rata
memperingati tahun baruan di Ancol.
Sang ibu, termenung dipinggiran
jalan, berfikir sambil berdoa, kepada siapa lagi? Apa yang harus saya lakukan?
Setelah beberapa lama, lewatlah seorang tukang penjual
nasi goreng,..
“Bu ibu nyari siapa? Lagi sepi bu
malam ini, pada ke bundaran HI liat kembang Api, kan sekarang tahun baru..”
Sang ibu, menjawab sangat lirih
dengan mata berkaca-kaca..
“ooh gitu ya bang,.. “
Tangisan sang ibu pun pecah..
“ibu kenapa bu??”
“iya bang anak saya sakit parah
di rumah, kondisinya lemah sekali, saya butuh bantuan pinjaman uang atau minta
diantar ke rumah sakit, saya minta tolong bang..”
“ya Allah bu, ini bu pakai uang
saya dulu.. ndak papa ibu pakai saja.., ibu cepat sewa angkot dan pulang bawa
anak ibu ke rumah sakit, ibu punya kartu kesehatan gratis kan?”
Tukang nasi goreng memberikan
uang 50.000
“Alhamdulillah makasih ya bang, iya
saya punya, sekali lagi terimaakasiih sekali bang, semoga Allah membalas abang dengan
yang lebih baik”
Wajah ibu berubah optimis, dia langsung berlari kejalan,
bernegosiasi dengan angkot, setelah terjadi kesepakatan harga sewa, sang ibu
dan angkot yang telah disewa bergegas ke rumah kardusnya.
“Maan.. Maan.. Alhamdulillah ibu
dapat angkot man.., kita kerumah sakit sekarang”
Sang ibu menyentuh Rahman yang
sedang berselimut sarung dengan mata terpejam,..
“Maan bangun maan, kita kerumah
sakit yuuk!!,,”
Wajah Rahman terlihat menguning…
sang ibu terus membangunkan Rahman dengan menggoyang-goyangkan badannya.
“Maan bangun maan.. kamu kenapa
nak..?”
Bapak supir, yang menyaksikan
itu, langsung memegang nadi Rahman..
“Innalillahi wainna ilaihi
Roojiun..”
“kenapa pak anak saya?”
“Anak ibu sudah tidak ada bu.. “
Sang ibu menjerit dan pinsan..
…………………………..
Sahabat, apa yang anda fikirkan
setelah membaca kisah tadi?... kisah tadi bukanlah kisah nyata, namun bisa saja terjadi, bukankah tidak ada yang tidak mungkin? apalagi dengan kondisi Jakarta yang seperti itu.
Sahabat, terkadang kita jarang
menggunakan hati kita untuk melihat kehidupan. Lihatlah dari kacamata realita,
bahwa saat ini saudara-saudara kita banyak sekali yang membutuhkan uluran
bantuan kita, masih banyak sekali PR yang harus di selesaikan bangsa ini, itu
bukan semata-mata kewajiban pemerintah, namun kerja sama antara pemerintah dan
masyarakatnya.
Bagi sahabat mungkin uang 100.000
untuk membeli terompet adalah uang yang kecil. Atau bagi pengusaha 50.000.000
untuk membeli petasan dan kembang api itu nominal yang tiada artinya. Dan bagi
pemerintah uang 100.000.000 atau 300.000.000 untuk mengadakan acara tahun baru
yang meriah itu mudah.

Namun pernahkan kita berfikir dan
sadar, bahwa mungkin pada malam tahun baru banyak rakyat Indonesia yang sedang
ketakutan karena besok tidak punya uang untuk membayar kontrakan? Apa sahabat
bisa memastikan bahwa pada malam tahun baru tidak ada saudara kita yang kelaparan?
apakah pemerintah yakin seluruh anak negeri bersekolah dengan lancar? Dan apakah
anda yakin bapak walikota, bapak menteri, bapak bupati.. bahwa pada malam itu seluruh
penduduk anda tidur dengan perut terisi dan kasur yang layak? Apakah anda bisa
memastikan bahwa seluruh penduduk atau tetangga anda pada malam itu semuanya
dalam kondisi sehat, yang tidak terganggu ketenangannya ketika anda menyalakan
kembang api yang mendebarkan jantung?
Wahai sahabat yang Allah beri
kelimpahan rezeki, jangan biarkan diri anda lebih senang membakar uang anda dan
menikmatinya sesaat, dibanding membantu mereka, saudara saudara kita yang
kesusahan..
Teruntuk para sahabatku muslim
dan muslimah dimanapun kalian berada.. aku bertanya padamu, apa manfaat
merayakan tahun baru? Apakah setelah merayakannya kehidupanmu ditahun depan
akan tiba tiba menjadi lebih baik? Apakah Rasulullah pernah mencontohkannya?
Apakah itu budaya orang islam?
Sekali lagi aku bukan ustadzah
atau orang alim, aku hanya seorang akhwat yang sedang belajar mengenal diriku,
mengenal Siapa Yang menciptakanku, dan mengetahui tujuan hidupku. Aku sayang
padamu wahai saudaraku, izinkan aku memberi tahu mu sedikit tentang
pengetahuanku.
Bahwa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi
wasallam tidak pernah mencontohkan perayaan tahun baru masehi, namun perayaan
ini berasal dari barat, dari orang orang kafir. Sedangkan Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
”Barangsiapa yang
meniru suatu kaum maka dia termasuk dari mereka.” (HR. Abu Daud yang
dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Maukah sahabat termasuk kedalam
golongan orang-orang kafir? Naudzubillah tsumma naudzubillah min dzalik. Sahabat,
begitu banyak mudhorot bagi setiap acara atau kegiatan yang Rasulullah tidak
pernah contohkan, yang Allah tidak ridhoi. Maka dari itu, bukalah hati sahabat
untuk menerima ini. Alangkah lebih manfaat bila uang yang antum belikan untuk
acara atau hura hura tahun baru, antum sedekahkan, antum berikan untuk
membahagiakan orang tua antum, atau antum tabung untuk pendidikan anak.
Bayangkan berapa orang yang
sahabat dzolimi, ketika tengah malam orang-orang sedang terlelap tidur atau
bahkan ada diantara tetangga sahabat yang sedang sakit, terganggu tidurnya
karena suara kembang api yang antum nyalakan. Belum lagi resiko kebakaran, bila
terkena peralatan listrik. Sejauh mana rasa peduli sahabat? Yang semestinya
cinta kita kepada saudara kita sama dengan cinta kita kepada diri sendiri..
simak yuk beberapa hadist berikut ini.
Dari Abi Hamzah Anas bin Malik
ra. pelayan Rasulullah saw dari Nabi saw telah berkata: "Tidak sempurna
iman seseorang diantaramu hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai
dirinya sendiri." (Bukhari - Muslim)
"Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal
saling mencintai , saling mengasihi dan saling menyayangi diantara mereka,
adalah bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggota tubuhnya menderita sakit,
maka seluruh tubuhnya juga merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur
dan demamnya" (HR. al-Bukhari & muslim)
Jika
antum tidak peduli dengan saudara kalian sendiri maka antum tidak termasuk
kedalam orang-orang yang beriman. Sahabat, aku sangat mencintaimu karena Allah,
aku tidak ingin engkau berada di jalan yang salah. Namun aku juga tidak ingin
menegurmu, hingga membuat kau sakit hati. Bahwa sesungguhnya islam itu indah,
tak pernah menyakiti, menegur dengan lembut, berdakwah dengan hati.
Sesungguhnya
kebenaran hanya milik Allah. Wallahu a’lam bishowab
Semoga
tulisan ini bermanfaat. ^_^
Vera Agustina
Jakarta,
1 Januari 2013