Sepintas dua kata ini tampak sama, bahagia dan senang
merupakan hal yang sama-sama diinginkan oleh setiap makhluk yang ada di bumi
ini. tapi yang menjadi pesoalan apakah benar bahagia dan senang memiliki
kesamaan arti dan makna??
Secara kamus memang tidak ada bedanya antara bahagia dan
senang. Namun berdasarkan pengalaman saya selama ini, saya merasa BAHAGIA dan
SENANG itu berbeda.
Saya menyimpulkan senang identik dengan sesuatu yang bersifat
sementara, sedangkan bahagia identik dengan sesuatu yang bertahan lebih lama,
bahkan mungkin selamanya (bagi orang-orang yang Allah kehendaki). Jika senang
hanya bisa mencapai koridor hati, namun bahagia dapat menduduki inti hati.
Mungkin persepsi setiap orang berbeda, saya hanya ingin
berbagi mengenai ilmu hidup yang telah saya dapatkan, dan mungkin sebenarnya
ada yang lebih layak menyampaikan pengalamannya dari pada saya, namun apa
salahnya apabila kita berbagi.. termasuk saya (Ve) sang penulis amatiran, yang
masih belajar menulis dengan terseret2.
Dari berbagai biografi orang terkenal yang telah saya baca,
entah itu dari kalangan politikus, pengusaha, artis, dokter, dll. Mereka semua
mengartikan bahagia dengan sesuatu yang berbeda-beda. Pendapat merupakan hak
setiap orang, tidak ada parameter salah dan benar, namun layak atau tidaknya
hanya hati yang paling inti yang bisa menelaah, dan menilai.
Dari artikel biografi tersebut saya menarik sebuah benang
merah. Saya merasa jika kebahagiaan diidentikkan dengan kekayaan, jabatan, dan
lain –lain maka dengan tegas saya menolak “TIDAK”. Berapa banyak orang yang
memiliki banyak harta namun hidupnya tidak bahagia?? Berapa banyak yang
memiliki jabatan tinggi namun jiwanya tertekan? Tidak sedikit orang gila atau
stress berat padahal background dia adalah konglomerat, tidak sedikit pejabat
atau CEO perusahaan yang lebih memilih menyendiri/mengasingkan diri ke pulau
terpencil karena bosan dengan dunia. Sehingga saya menyimpulkan bahwa yang
mereka dapatkan hanyalah sebuah kesenangan. Harta, tahta, pasangan adalah
kesenangan, kesenangan itu dapat hilang kapanpun dan datang kapanpun,
kesenangan adalah sebuah kefanaan.
Jadi
apakah arti kebahagiaan? Pernahkan anda merasa bahagia walaupun makan hanya
dengan nasi berlauk sepotong tahu dan tempe? Jika pernah apa yang membuat anda
bahagia? Bisa jadi mungkin anda makan bersama orang-orang yang anda cintai,
bisa jadi anda makan dengan penuh kesyukuran karena berfikir masih banyak
saudara anda yang kelaparan, dan sebagainya. Kita sepakat bahwa nasi, tahu dan
tempe merupakan kekayaan, ketika kita makan kita senang karena perut kita
sebentar lagi akan kenyang, tapi apa yang membuat anda bahagia walaupun hanya
makan dengan tahu dan tempe? Itulah yang dinamakan dengan “efek dari keimanan
dan ketaqwaan”, rasa syukur, rasa cinta anda pada saudara anda adalah efek dari
keimanan yang memancar dari diri anda.
Kesenangan hanya akan menjadi sebuah kefanaan apabila tidak
disertai dengan keimanan dan ketaqwaan. Jadi inti dari kebahagiaan adalah
keimanan dan ketaqwaan, seberapa besar kekayaan kita insya Allah akan menjadi
kebahagiaan bagi kita apabila kita beriman dan bertaqwa. Saya kembali bertanya,
berapa banyak orang miskin yang hidupnya bahagia?? Saya kira banyak, berapa
banyak orang cacat yang mampu melakukan segala hal yang dapat dilakukan orang
normal? Saya kira banyak.. banyak orang yang tertekan tapi merasa bahagia,
banyak orang yang terhimpit namun merasa terbebas, sehingga banyak para ulama
yang dapat menghasilkan karya dibalik jeruji besi, karena jiwa mereka tetap
bahagia.
Inilah Rahasia Allah, bahwa kebahagiaan terletak pada hati dalam
bentuk keimanan dan ketaqwaan, sehingga setiap orang berhak memiliki kesempatan untuk bahagia. Orang miskin berhak bahagia, orang sakit berhak bahagia,
orang kaya berhak bahagia, orang cacat berhak bahagia, siapapun berhak bahagia.
Namun kembali lagi life is choice,
hidup adalah pilihan.. kita sendiri lah yang menentukan apakah kita akan
bahagia atau tidak.
Jika hidup yang singkat ini hanya kita isi dengan berkeluh
kesah, maka sungguh mengenaskan diri kita, jika hidup ini kita habiskan dengan
bersenang-senang maka celakalah hidup kita. Maka isi dan habiskan hidup kita
dengan mengasah terus keimanan dan ketaqwaan. Semakin tajam akan semakin
runcing pula ujiannya, apabila kita dapat bertahan mak: “hidup kita akan
bahagia”, “mati kita akan bahagia (khusnul khotimah)” dan “insya Allah akhirat
kita akan bahagia”.
Wallahu ‘alam bish-showab
innasholati wanusuki wamanhyaya wamamati lillahi robbil
‘alamiin…
Vera agustina
Jakarta, Senin., 9 juli 2012
No comments:
Post a Comment