Assalamu'alaykum Warohmatullah Wabarokaatuh

Friday, May 4, 2012

Cerita tentang Cadar dan Saya

Diawali ta'awudz dan basmalah..
Kemarin sore (hari kamis) saya pulang dari kampus sendiri, biasanya saya pulang bareng ina naik motor, tapi karena ina pulang malam jadi saya pulang sendiri jalan kaki, sekitar pukul 16.00 WIB 

Sewaktu saya melewati masjid astra, saya baru ingat kalo hari ini (kamis) ada kajian, tapi karena pada saat itu saya sedang sakit, jadi saya putuskan untuk tidak ikut kajian.. 

Jalanan masjid astra penuh sesak dengan kendaraan dan orang. Saya jalan tersendat sendat karena jalannya agak macet. Kemudian saya perhatikan pemandangan yang memang sudah tidak asing bagi saya yaitu.. "wanita bercadar". 


Entah kenapa seketika itu saya berfikir: 
"Subhanallah, kapan saya bisa seperti mereka, menutup aurat dengan sangat sempurna?"

Jika saya bandingkan mereka dengan saya, saya merasa malu, bahkan sangat malu. Memang saya telah berhijab, tapi jika dibandingkan hijab saya dengan hijab mereka tentu sangat jauh. Secara hati nurani yang paling bersih (termasuk hati saya), saya lebih tenang melihat mereka dibanding melihat saya sendiri. Subhanallah.. mereka indah. benar benar menampakkan kemuliaan seorang wanita.

Disisi lain saya juga banyak menyaksikan suami istri yang menuju masjid dengan sepeda motor, ada yang membawa putranya, ada yang hanya berdua, akhwat (istri) nya bercadar dengan kerudung yang besar dan panjang. Menurut saya Inilah Pemandangan Paling Indah. Betapa tidak, islam sungguh benar-benar memuliakan wanita, wanita diberikan syariat berhijab dan juga syariat safarnya yaitu: Harus ditemani Mahrom. ini semata-mata menunjukkan bahwa wanita adalah kaum yang harus dimuliakan dan dilindungi..
Saya berucap syukur "Alhamdulillah saya bangga menjadi seorang muslimah"



Jujur saya iri dengan mereka, iri karena mereka telah melakukan ketaatan kepada Allah lebih dari apa yang telah saya lakukan. Saya kenal beberapa dari mereka, selain secara fisik mereka tampak alim (berhijab panjang dan bercadar), secara akhlak mereka sangat ramah dan baik, bahkan saya kerap mendapatkan motivasi agar tetap konsisten ikut ta'lim.

Saya semakin tergugah ketika itu, pada saat teman ta'lim saya mba eka, lewat dibonceng suaminya, dia membawa si kecil Hasyim yang baru beberapa bulan hadir di dunia ini. Kecewa karena saya cuma bisa melambaikan tangan, padahal semenjak magang, sampai saat ini saya belum ngobrol dan bertemu sama mba eka secara langsung, hanya via sms.

Saya berkenalan dengan mba eka, sewaktu saya ta'lim di masjid astra. Awalnya dia tidak bercadar, bahkan kerudungnya pun biasa, waktu itu ternyata mba eka adalah pengantin baru. Dia mengenal ta'lim dan belajar islam setelah menikah, yang mengajari dan membimbingnya adalah suaminya. Mendengar ceritanya saya sungguh bahagia. perubahan mba eka terutama yang tampak (tatacara berhijab) sangat signifikan, minggu2 berikutnya kerudungnya semakin panjang, wajahnya semakin tampak bersinar (bukan karena make up), saya yakin itu akibat ibadahnya yang semakin naik pula. Dan beberapa bulan kemudian, ada seseorang akhwat bercadar yang menyapa saya, sungguh tak menyangka, itu adalah mba eka.

Saya banyak belajar darinya, terutama dari kemauan dan kegigihannnya dalam merubah diri menjadi hamba Allah yang semakin baik. tidak peduli apa kata orang, yang penting nilai kita dihadapan Allah.

Saya sungguh tertarik dengan cadar. tapi mungkin belum bisa mengaplikasikannya, banyak alasan, salah satunya cadar itu masih ikhtilaf para ulama, ada yang menghukumi mubah, ada yang wajib, ada yang sunnah. sejujurnya saya belum faham betul mengenai hukum yang cadar. Saya akan belajar lagi kedepannya.

Terlepas dari hukum, secara pribadi saya sangat senang melihat yang bercadar, terlebih mereka ternyata ramah. Namun di Indonesia ini, nampaknya belum familiar, cadar masih dianggap sebagai sesuatu yang aneh. Apalagi ditambah kondisi politik yang tidak menentu, seperti teroris, dll. wanita bercadar menjadi hal yang sering dikait-kaitkan. Islam menjadi tertindas. masyarakat menjadi takut dengan cadar. Zaman sudah semakin mengerikan, penuh konspirasi..

So untuk saat ini, walaupun saya belum bercadar, tapi insyaallah saya akan berhijab dan tetap berhijab secara syar'i. dan saya akan imbangi dengan peningkatan akhlak dan ibadah. memperbaiki diri terus menerus, mengamalkan amalan wajib dan sunnah secara konsisten, mempelajari, memahami, mengamalkan, menghafalkan dan mengajarkan alquran dengan sungguh-sungguh.

Mengubah hati dan akhlak lebih sulit dari sekedar merubah penampilan. kerena manisnya iman hanya akan terasa ketika kita telah menundukkan segala hawa nafsu duniawi kita, demi mengejar satu hal terindah diseluas alam raya bahkan lebih, berupa "CINTANYA ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA". menundukkan hawa nafsu ditengah gemerlap teknologi dan keindahan fananya dunia bukan sesuatu yang mudah. perlu banyak pengorbanan, perlu banyak kesiapan, kesabaran, keikhlasan serta keimanan yang tinggi.

dan ketika saya melihat diri saya sekarang, saya hanya bisa bertanya: "sudah sejauh mana kau mempersiapkan diri untuk pertemuanmu dengan Allah??"

sungguh tidak ada yang tahu kita akan hidup sampai kapan, masa depan adalah misteri, maka berbuatlah yang terbaik dimasa sekarang. bersungguh-sungguhlah dalam beribadah kepada Allah.

Untuk menjadi orang yang sabar, ikhlas, ihsan, berakhlak baik, itu butuh waktu, tidak bisa semua itu terjadi dalam waktu sekejap. maka mulailah untuk belajar memperbaiki diri dari sekarang. Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hamba-Nya..

Jika ditanya siapa wanita yang paling saya idolakan, saya akan menjawab: Ummu Khodijah radhiyallahuanha istri Rasulullah yang paling Rasulullah cintai. Semoga saya bisa mengamalkan segala yang telah beliau lakukan. walaupun mustahil menyamai, setidaknya saya sudah berusaha meniru akhlak beliau.

Jakarta, 4 mei 2012
Vera Agustina

No comments:

Post a Comment