Assalamu'alaykum Warohmatullah Wabarokaatuh

Friday, July 13, 2012

Bahagia VS Senang

Sepintas dua kata ini tampak sama, bahagia dan senang merupakan hal yang sama-sama diinginkan oleh setiap makhluk yang ada di bumi ini. tapi yang menjadi pesoalan apakah benar bahagia dan senang memiliki kesamaan arti dan makna??

Secara kamus memang tidak ada bedanya antara bahagia dan senang. Namun berdasarkan pengalaman saya selama ini, saya merasa BAHAGIA dan SENANG itu berbeda.

Saya menyimpulkan senang identik dengan sesuatu yang bersifat sementara, sedangkan bahagia identik dengan sesuatu yang bertahan lebih lama, bahkan mungkin selamanya (bagi orang-orang yang Allah kehendaki). Jika senang hanya bisa mencapai koridor hati, namun bahagia dapat menduduki inti hati.

Mungkin persepsi setiap orang berbeda, saya hanya ingin berbagi mengenai ilmu hidup yang telah saya dapatkan, dan mungkin sebenarnya ada yang lebih layak menyampaikan pengalamannya dari pada saya, namun apa salahnya apabila kita berbagi.. termasuk saya (Ve) sang penulis amatiran, yang masih belajar menulis dengan terseret2.

Dari berbagai biografi orang terkenal yang telah saya baca, entah itu dari kalangan politikus, pengusaha, artis, dokter, dll. Mereka semua mengartikan bahagia dengan sesuatu yang berbeda-beda. Pendapat merupakan hak setiap orang, tidak ada parameter salah dan benar, namun layak atau tidaknya hanya hati yang paling inti yang bisa menelaah, dan menilai.


 

Dari artikel biografi tersebut saya menarik sebuah benang merah. Saya merasa jika kebahagiaan diidentikkan dengan kekayaan, jabatan, dan lain –lain maka dengan tegas saya menolak “TIDAK”. Berapa banyak orang yang memiliki banyak harta namun hidupnya tidak bahagia?? Berapa banyak yang memiliki jabatan tinggi namun jiwanya tertekan? Tidak sedikit orang gila atau stress berat padahal background dia adalah konglomerat, tidak sedikit pejabat atau CEO perusahaan yang lebih memilih menyendiri/mengasingkan diri ke pulau terpencil karena bosan dengan dunia. Sehingga saya menyimpulkan bahwa yang mereka dapatkan hanyalah sebuah kesenangan. Harta, tahta, pasangan adalah kesenangan, kesenangan itu dapat hilang kapanpun dan datang kapanpun, kesenangan adalah sebuah kefanaan. 

Jadi apakah arti kebahagiaan? Pernahkan anda merasa bahagia walaupun makan hanya dengan nasi berlauk sepotong tahu dan tempe? Jika pernah apa yang membuat anda bahagia? Bisa jadi mungkin anda makan bersama orang-orang yang anda cintai, bisa jadi anda makan dengan penuh kesyukuran karena berfikir masih banyak saudara anda yang kelaparan, dan sebagainya. Kita sepakat bahwa nasi, tahu dan tempe merupakan kekayaan, ketika kita makan kita senang karena perut kita sebentar lagi akan kenyang, tapi apa yang membuat anda bahagia walaupun hanya makan dengan tahu dan tempe? Itulah yang dinamakan dengan “efek dari keimanan dan ketaqwaan”, rasa syukur, rasa cinta anda pada saudara anda adalah efek dari keimanan yang memancar dari diri anda.
 
Kesenangan hanya akan menjadi sebuah kefanaan apabila tidak disertai dengan keimanan dan ketaqwaan. Jadi inti dari kebahagiaan adalah keimanan dan ketaqwaan, seberapa besar kekayaan kita insya Allah akan menjadi kebahagiaan bagi kita apabila kita beriman dan bertaqwa. Saya kembali bertanya, berapa banyak orang miskin yang hidupnya bahagia?? Saya kira banyak, berapa banyak orang cacat yang mampu melakukan segala hal yang dapat dilakukan orang normal? Saya kira banyak.. banyak orang yang tertekan tapi merasa bahagia, banyak orang yang terhimpit namun merasa terbebas, sehingga banyak para ulama yang dapat menghasilkan karya dibalik jeruji besi, karena jiwa mereka tetap bahagia.

Inilah Rahasia Allah, bahwa kebahagiaan terletak pada hati dalam bentuk keimanan dan ketaqwaan, sehingga setiap orang berhak memiliki kesempatan untuk bahagia. Orang miskin berhak bahagia, orang sakit berhak bahagia, orang kaya berhak bahagia, orang cacat berhak bahagia, siapapun berhak bahagia. Namun kembali lagi life is choice, hidup adalah pilihan.. kita sendiri lah yang menentukan apakah kita akan bahagia atau tidak.

Jika hidup yang singkat ini hanya kita isi dengan berkeluh kesah, maka sungguh mengenaskan diri kita, jika hidup ini kita habiskan dengan bersenang-senang maka celakalah hidup kita. Maka isi dan habiskan hidup kita dengan mengasah terus keimanan dan ketaqwaan. Semakin tajam akan semakin runcing pula ujiannya, apabila kita dapat bertahan mak: “hidup kita akan bahagia”, “mati kita akan bahagia (khusnul khotimah)” dan “insya Allah akhirat kita akan bahagia”.

Wallahu ‘alam bish-showab
innasholati wanusuki wamanhyaya wamamati lillahi robbil ‘alamiin…

Vera agustina
Jakarta, Senin., 9 juli 2012


No comments:

Post a Comment