Assalamu'alaykum Warohmatullah Wabarokaatuh

Sunday, January 23, 2011

Universitas Kehidupan

Diakui memang, tidak sedikit orang yang mengatakan ilmu eksak itu sulit. Belajar matematika, fisika, kimia, ibarat membayangkan hantu menyeramkan. Padahal semua ilmu eksak itu sudah ada referensinya dengan jelas, kita hanya dituntut untuk menghafal, mempelajari, dan memahami. Pertanyaannya adalah kita mau atau tidak untuk berusaha mempelajari?! Itu hanya pilihan.
 Seorang teman saya yang bijak pernah berkata,”mempelajari matematika dan fisika itu mudah, yang sulit adalah mempelajari kehidupan”. Saya cerna kata-kata itu sejenak, ya memang benar,  yang lebih sulit adalah mempelajari kehidupan. Mempelajari untuk apa kita hidup? Apa tujuannya? apa strateginya? Apa saja yang perlu diperhatikan dalam hidup? Disini saya akan mencoba menguraikan betapa pentingnya sebuah pembelajaran hidup, kalau berhubungan dengan pembelajaran hidup sudah semestinya kita daftar dulu di lembaga ilmu yang namanya “universitas kehidupan”.
Universitas kehidupan mempunyai area seluas bumi dan langit, mempunyai guru sebanyak manusia, tumbuhan dan binatang yang ada di bumi, dan sebanyak planet dan galaksi yang ada dilangit. Kita bisa belajar dimanapun, kapanpun, tanpa batas. Universitas kehidupan membawa kita untuk mengerti apa itu hidup, dan bagaimana seharusnya kita hidup. Universitas kehidupan membuat hati kita lebih peka terhadap social, terhadap alam, dan tentunya membuat kita menjadi baik.
Belajarlah tentang kehidupan dari mereka yang berada dipinggiran kota Jakarta, dari orang-orang kecil, pengamen, anak anak terlantar, pengemis, dll.  yang hidup seadanya tapi tak pernah mengeluh, yang hidup di bawah kolong jembatan, di pinggiran kali, tapi masih tetap tersenyum tanda syukur. Belajarlah dari mereka yang cacat secara fisik, tapi kuat secara tekad dan effort, untuk tetap menjadi orang yang berguna. Belajarlah dari bangsa yang maju, bagaimana mereka memanfaatkan waktu dan mematuhi aturan. Belajarlah dari alam, bagaimana caranya beradaptasi, bagaimana caranya hidup seimbang, bagaimana caranya menghargai. Kita perlu belajar mensyukuri kehidupan, mensyukuri waktu yang telah kita punya, panca indera yang lengkap, harta yang cukup, makanan yang layak, mensyukuri dengan mempergunakan nikmat yang telah kita punya sebaik mungkin, agar bermanfaat bagi hidup kita dan orang lain.
Negeri ini tidak hanya butuh orang yang kuat secara fisik dan keahlian, tapi juga kuat secara mental spiritual, negeri ini butuh orang-orang “baik” yang tidak hanya memikirkan perut sendiri, tapi juga kebahagiaan saudara-saudara kita sebangsa setanah air. Dan kebaikan itu akan tumbuh jika kita berhasil menuai ilmu di universitas kehidupan, belajar hidup sederhana dari orang kecil, belajar mengatur waktu dari Negara-negara maju, belajar kedisiplinan dari seekor itik, belajar kejujuran dari anak kecil, belajar keramahan dari burung, belajar keteraturan dari planet, belajar berani seperti matahari, dll.
Jangan relakan waktumu sedetikpun untuk melewatkan hikmah hidup dan pembelajaran. Misalnya, anda sedang berada di bus trans jakarta, lihatlah kekanan dan kiri anda, lihat pemandangan diluar sana, pemukiman kumuh, pakaian pakaian lusuh, bayangkan jika anda hidup seperti mereka, untuk mendapatkan uang Rp. 5000,- saja mereka bekerja banting tulang setiap hari dari pagi sampai sore, itupun tak jarang mereka tak dapat uang lebih. Belajarlah dari pemulung sampah, uang yang mereka dapatkan tidak seberapa, walaupun sebenarnya peran mereka sangat penting dan dibutuhkan, coba bayangkan bagaimana jadinya dunia tanpa petugas  sampah. Universitas kehidupan dapat menumbuhkan kepedulian di hati kita, menajamkan mata hati kita untuk lebih simpati dan bekerja secara ikhlas dan jujur.
Perubahan itu tidak bisa terwujud dengan kata-kata tapi dengan aksi, mulailah dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, mulai dari saat ini juga. Mari kita membangun bangsa ini, dimulai dari membangun diri kita sendiri untuk menjadi orang baik. Jika kita dilahirkan dengan berkecukupan rezeki dan kesehatan, syukurilah, pergunakan itu sebaik mungkin, dan patrikan tekad bahwa kita akan membuat sesuatu yang bisa membuat orang bahagia, membuat rakyat kecil bahagia, membuat anak-anak jalanan bahagia karena memperoleh pendidikan yang layak melalui  tangan kita. Jadilah teladan bagi yang lain, karena “satu teladan lebih baik dari seribu nasihat”, kita tebar kebaikan melalui diri kita dengan sebuah teladan. Dan matangkan keteladanan itu dari hikmah-hikmah pembelajaran hidup di UK (Universitas Kehidupan).
Minggu, 23 januari 2011

No comments:

Post a Comment